Napasnya berat, membuat masker bening yang menutupi setengah wajahnya berembun. Matanya terbuka, tapi tidak melirik ke sana ke mari, hanya kedipan dan sorotan lurus ke atas, membuat bulu matanya yang masih lebat basah berbasuh air mata.
"Ada kabar dari anak-anak?"
Suaranya parau, putus di setiap kata, kadang di tiap suku kata.
Laki-laki itu menggeleng.
Mata si pemilik suara parau berkedip sekali, tanda anggukan kepala yang tak akan pernah terjadi.
"Uang..."
Tidak sanggup melanjutkan. Si lelaki memajukan kursi, mendekat ke wanita yang terbaring lemah.
"Sudah diterima kemarin, Bu," tidak berusaha terdengar seperti keluarga yang hendak berduka. Itu lah alasannya duduk di sini sekarang.
"Uang... lebih... Menangis... di pemakaman."
Lelaki itu mengangguk. Sudah tugasnya menangis di pemakaman seseorang, utamanya yang telah membayarnya.
*****
Jtn, 12/1/2020
21.52
Komentar
Posting Komentar