Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2013

Fear

Who to fear? If you fear ghost, fear Allah more than you fear them

Menari di Bawah Purnama

Purnama. Ayah biasanya akan selalu duduk di teras sambil meneguk segelas bajigur hangat saat purnama datang. Pintu rumah selalu dibukanya, tak peduli berapa banyak binatang kecil seperti nyamuk yang berlalu lalang keluar masuk, biasanya aku yang jadi korban. Ayah sangat suka purnama, ayah akan lebih suka jika hujan gerimis saat purnama. Namaku pun menyandang ‘Purnama’ di bagian belakang, padahal aku lahir seminggu setelah bulan purnama –kata ayah. Ayah akan duduk di kursi yang bukan kursi goyang semalaman, biasanya sampai jam 2 di pagi hari, menatapi purnama, dengan mata berkaca.

Ombak Pun Tidak Berpihak Padaku

Pantai ini cukup terkenal. Terkenal karena... apa, yah? Pasir? Pasir abu-abu biasa yang menjadi hitam ketika terkena air garam. Air laut? Seperti air laut kebanyakan, asin, berbusa, bergaram. Atraksi? Tidak ada atraksi khusus, setiap orang beratraksi sendiri. Pedagang? Pedagang biasa, berjualan mie instan, sate, layang-layang, kincir angin. Ombaknya? Ku beri tahu, bukan ombak yang bagus dipakai berselancar. Murni kesenangan pribadi.

Komedi Putar

Gerimis sudah berhenti sejak sore. Satu per satu lampu-lampu hias mulai bersinar seperti pasukan perang yang mengangkat pedangnya memantulkan sinar rembulan. Silau. Beberapa orang pedagang mulai membuka lapak diikuti banyak yang lain. Alas plastik digelar di atas jalanan becek, ditumpuk dengan berbagai sandang pangan perhiasan atau sekedar koran. Generator-generator mulai ditarik, asap kada ng mengepul dari mesin-mesin usang berkarat itu. Tanah parkiran mulai dibentuk roda-roda ketertarikan manusia. Bersama keluarga, bersama teman, berharap kesenangan hanya untuk semalam. Pasar malam resmi dibuka.