Sebelumnya: SKD Part 1 π
Akhirnya lanjut lagi setelah setahun πππ»
8 Oktober 2021. Dresscode peserta ujian adalah kemeja putih dan rok/celana hitam dengan kerudung hitam untuk yang memakai kerudung, sepatu pantofel tertutup berwarna gelap. Saya cuma punya rok dan kerudung saja. Sepatu pantofel dipinjamkan oleh sepupu yang anak Paskibra, kemeja baju putih dipinjamkan sepupu laki-laki.
Karena Covid-19, persyaratan jadi lumayan ribet. Peserta diharuskan memakai masker 3 ply + masker kain yang waktu saya coba ya Allah gak bisa bernapas rasanya. Lalu harus juga membawa tes PCR atau Antigen. Saya tentunya memilih opsi paling murah. Karena saya dapat sesi jam 3 sore, paginya saya bisa tes Antigen dengan tenang.
Saya berangkat bersama ibu saya jam 7 pagi, tes Antigen, lalu naik kereta turun di Stasiun Duren Kalibata (sekarang udah tahu stasiun kereta yang lebih dekat π₯²), naik angkot, lalu jalan santai ke gedung tempat pelaksanaan tes. Waktu kami tiba, baru jam 11an. Sepanjang jalan ke gedungnya, saya melihat beberapa mas mas dan mba mba berkemeja putih dan hitam jalan dari arah gedung. Sepertinya mereka kaum-kaum rajin datangnya karena sesi ke 1 harusnya selesai jam 09.40.
Di sekitar gedung sudah banyak peserta yang standby. Saya dan ibu menunggu shalat Jumat selesai di depan masjid dekat gedung sambil makan.
Setelah shalat Jumat, saya berangkat sendiri ke gedung dan menunggu sampai seluruh peserta dipanggil untuk berbaris di depan gerbang. Prosesnya panjang sekali dan ada 249 orang di sesi ke-2. Kira-kira ini poin-poin penting:
- Bros, anting, kalung, gelang, jam tangan, gesper, gantungan kunci, semua harus dilepas dan dititipkan. Yang pakai kerudung hanya boleh pakai peniti
- Pulpen, penghapus, dan teman-temannya juga tidak bawa sendiri. Cuma bawa 1 pensil HB/2B yang sudah diraut, disediakan juga rautan di sana.
- Semua barang bawaan (tas, handphone yang sudah dimatikan) dimasukkan ke dalam tote bag/plastik besar.
- Tidak ditulis syarat baju harus dikeluarkan atau dimasukkan di surat pemberitahuan. Jadi santai saja. Tidak akan disuruh balik pulang. Ada banyak yang pakai blouse panjang juga.
Peserta akan melalui verifikasi hasil tes Covid, kemudian verifikasi identitas, lalu diberikan 1 kertas buram untuk coret-coretan di dalam. Peserta juga diberi kertas berisi kode unik yang akan bikin soal SKD jadi random. Jadi setiap peserta tidak bisa menyontek peserta di kanan kiri depan belakangnya karena soalnya beda-beda.
Waiting Area
Ini yang lama wkwk. Sebenernya gak perlu datang 3-4 jam sebelumnya, datang 1 jam sebelumnya juga cukup. Saya datang di awal jadi menunggu di depan layar dengan video yang menjelaskan cara mengisi dan submit jawaban, video 10 menit yang diputar berulang-ulang selama hampir 2 jam. Rasanya seperti sedang di-brainwash π€£. Panitia menyediakan air botol kecil yang bebas diambil sambil menunggu.
Sambil menunggu, melihat ratusan peserta lain, di momen ini saya baru menyadari kalau ajang seleksi CPNS ini sangat penting bagi banyak orang. Saya belum pernah bekerja dan belum dapat pekerjaan selama setahun setelah saya lulus, tapi orang-orang ini mungkin punya pengalaman yang jauh lebih matang, atau sudah bertahun-tahun mencari pekerjaan, belum lagi pandemi. Dan seleksi CASN dengan bukaan lebih dari 700 ribu formasi terlihat menyediakan lapangan pekerjaan yang sangat luas.
Perlu diingat kalau yang lolos ke tahap SKB adalah dua kali kuota tiap formasi. Jadi untuk formasi saya yang kuotanya 2 orang, yang akan lolos ke SKB adalah 6 orang.
Oke. Mulai saat itu saya meng-upgrade niat saya dari ‘birul
walidain yang penting hadir’ ke ‘mari berusaha sebisanya’ tanpa beban kalau
akhirnya tidak lolos ke tahap berikutnya.
SKD
Setelah beberapa jam di area tunggu, kami masuk ke aula besar dengan jarak antarkomputer yang jauh depan belakang kanan kiri. Tengok out.
Tidak ada penempatan tertentu, jadi saya memilih yang available saja. Di deret ke-2 dari depan. Saat berjalan, saya mulai merasakan perasaan yang tidak enak. Ternyata sepatu pantofel saya sudah mau jebol hohohoπ©. Saya seret saja kaki saya biar gak terlalu kelihatan, waktu duduk, saya lepas.
Ibu panitia memberikan penjelasan dengan sangat jelas dan tegas. Kalau ada kecurangan langsung keluar. Di ruangan maupun di komputer tidak ada keterangan jam berapa saat ini jadi saat mengerjakan tidak tahu sudah berapa lama waktu yang lewat.
Ujian dimulai dan urutan saya mengerjakan adalah: TWK ➡️ TIU ➡️ TKP. Untungnya mengerjakannya tidak harus berurutan nomornya dan bisa dikosongkan dulu kalau belum ketemu jawabannya.
TWK saya kerjakan pertama. Secara umum saya mengerjakan dengan pasrah π . Ada beberapa yang ingat, ada juga yang kosong.
Sejujurnya saya agak heran di TIU karena menurut saya tidak sesulit soal-soal SBMPTN yang serupa. Malah sangat mirip dengan soal latihan yang saya kerjakan di bimbel online. Bayangan saya akan sangat sulit dan tidak terduga seperti SBMPTN dulu. Saya sampai lirik-lirik ke peserta sekitar saya, ini soalnya jangan-jangan menjebak dan jawaban yang saya pikir benar itu salah π. Tapi saya tetap mengerjakan seperti yang biasa saya kerjakan di latihan.
TKP yang paling memakan waktu, soalnya panjang, pilihan jawabannya juga panjang. Saya mengerjakan tanpa banyak berpikir, pokoknya kuncinya yang kira-kira disukai pemerintah.
Sudah selesai, entah sudah berapa menit. Tersisa beberapa jawaban yang kosong, kalau gak salah 5an yang kosong. Saya kembali ke jawaban-jawaban yang kosong dan berusaha mengingat-ingat di TWK, tapi semakin diingat semakin gak ingat π.
TKP ada yang membingungkan juga, jadi saya ikhlaskan saja apapun jawabannya. TIU saya hitung ulang sampai ketemu.
Setelah mengisi jawaban yang kosong, saya coba celingak-celinguk, semua
orang masih mengerjakan. Saya ingat tips dari tutor-tutor di Youtube,
kalau waktunya belum habis, baca lagi soal dari awal sampai akhir untuk
memastikan jawaban.
Cerita Sepatu
Lalu saya coba review ulang dari soal pertama, tapi hadeeeh semakin dilihat semakin merasa jawaban salah, mending gak usah dilihat lagi nanti malah yang bener jadi salah π. Jadi saya pasrahkan saja lalu kaki saya yang nyeker menyenggol sepatu saya. Jadi inget tadi jebol.
Celingak-celinguk lagi. Udah ga sabar banget mau ganti sepatu. Saya bawa sepatu lari di tas. Karena gak ada tanda-tanda orang lain mau selesai, ya udah bismillah saya submit jawabannya. LANGSUNG KELUAR DONG NILAINYA. Udah dikasih tau sih sama panitianya kalau habis disubmit, skor SKD akan langsung keluar, dan peserta diminta buat tulis itu di belakang kartu peserta.
Saya langsung tulis dan caw keluar tanpa suara atau laporan seperti instruksi panitia. Sambil masih tetep kaget. Dan ada perasaan menyesal dulu.
“Aduh. Harusnya tadi gak buru-buru.”
“Ini kalau lebih lama lagi pasti skornya lebih tinggi.”
Dan deretan penyesalan lainnya sambil jalan saya pikirkan, saya lihat sekeliling. Ternyata saya peserta pertama yang selesai. Tambah nyesel π©.
Terus saya lihat ada panitia yang melihat saya, dan saya jadi sadar kalau pantofel saya sudah benar-benar terlepas alasnya, jadi saya keluar sambil geret sepatu di kaki π₯². Mana luas banget aulanya. Dan jalan saya lambat karena harus menyeret sepatu. Ada panitia yang liatin saya, mungkin merasa kasihan. Penyesalan berubah jadi rasa malu π₯². Tapi untung default muka saya adalah tembokπΆ.
Keluar dari ruangan, ada pak polisi jaga di luar dan menginstruksikan saya buat buang kertas buramnya ke tempat sampah yang disediakan.
Habis buang kertas itu, saya melepas sepatu saya dan pergi ke depan gedung untuk mengambil tas dan pulang.
TAPI lokasi tes ada di dekat pintu gerbang, sedangkan alur keluar harus mengitari gedung dulu biar tidak tabrakan dengan alur masuk. Jadi saya jalan nyeker beralaskan kaos kaki sambil menenteng pantofel memutari gedung dengan tanah kerikil.
Pegel juga coy.
Sampai di depan gerbang tempat tenda barang peserta, panitianya kayak teriak-teriak heboh. Kurang lebih mengomentari saya yang nyeker adalah semacam selebrasi atas selesainya SKD. Bukan selebrasi, Pak. Jebol π₯²
“Lega banget ya mbak, sampe lepas sepatu.”
“Jebol, Pak. Hehe.”
Saya menyebutkan nomor saya dan panitia mencarikan saya tas. Habis itu mereka tambah heboh lagi mau cariin saya sandal. π baik banget bapak-ibu panitianya.
Tapi untung saya bawa sepatu lari. Saya nongkrong sebentar di depan tenda panitia buat minum, ganti sepatu, dan ambil hp. Lega banget rasanya pakai sepatu lari π.
SKD selesai!!!
Sertifikat bukti ikut tes SKD yang bisa diunduh sendiri di situs yang disiapkan
panitiaπ
Live-Scoring
Saya lihat hp dan baru jam 16.10an, agak menyesal lagi soalnya tesnya mulai jam 3 lebih. Cuma 1 jam di dalem. Tapi ya udah, karena niatnya adalah berbakti pada orang tua dan berusaha sebisanya. Saya kembali ke masjid buat jemput ibu yang menunggu di sana dan shalat ashar.
Di angkot perjalanan pulang, ibu saya bilang kata sepupu saya ada live scoring di Youtube. Saya iya iya aja tapi penasaran dan agak panik karena tidak siap dengan hasilnya wkwk.
Jadi sistemnya setiap jawaban yang kita isikan akan langsung masuk ke live scoring, jadi kalau jawaban kita ganti atau dihapus, akan kelihatan naik turun skornya.
Saya segera mencari Youtube kantor regional tempat saya tes dan mencari
sesi saya.
Hasil
Semoga bisa tulis pengalaman SKB dekat-dekat ini
Siapa tahu mau lihat, di sesi terakhir mulai 5:36:58 π
Ps.
Selama saya tes SKD, ibu saya menunggu di masjid sambil berdoa supaya saya
lolos. Kalau teman-teman punya niat untuk mendaftar seleksi CPNS/PPPK selanjutnya,
sebelum berangkat tes, jangan lupa minta didoakan orang tua karena doa orang
tua itu satu dari tiga doa yang tidak tertolak dan kita gak tahu doa mana yang akan langsung Allah ijabah. Semoga Allah selalu berkahi
orang tua kita.
Kok bisa lulus ya
BalasHapus