Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2020

#Ngabubuwrite - Day 17: Di Antara Di Antara

Sunset from Nurul Hanifah Bai'un Saat dunia berputar, waktu berjalan. Kalau dunia sudah tidak berputar, bisa jadi waktu masih tetap berjalan. Maka, di setiap perjalanan waktu, ada amanah yang harus digenggam, ada pula yang harus dilepas. Dan di antaranya ada tangis, tawa, bercanda, serius, marah, bahagia, atau di antara di antara lainnya. Maka, di setiap langkah waktu, ada awal juga ada akhir. Di setiap akhir, awal akan datang, bersama wajah baru dan masa depan penuh tantangan. Di setiap awal, di ujungnya ada akhir, biar jadi pengingat, kalau segala peluh dan waktu itu ada masanya. Dan di antaranya ada kepastian yang belum terlihat. Di antara kepastian yang kelihatannya seperti awal,  atau seperti akhir, ada selipan doa-doa untuk yang percaya, bahwa baik atau tidak, semua akan punya akhir. Dan setiap akhir adalah, tabungan dari doa-doa di antara, yang sebagian buahnya bertebaran di antara, dan sebagian lain bertumpuk dengan rapih saat waktu tak lagi melakukan perjalanan. ***** Jtn,

#Ngabubuwrite - Day 16: Half of Half

As the meeting ended, she walked outside the bullpen, getting ready to chase another one. She knew the tall man had been staring at her since she first entered the meeting room. He kept staring at her wrist, when her old analog watch curled beautifully. She didn't want him to feel guilty, it was all in the past. She didn't blame him for her sister's death. Never. "Do you need something?" she approached him, maybe she could end whatever it was in his mind. But he stood still, with his cold look, and cold eyes, and black attire. Even back in her childhood days he always wore black. Those eyes are cold, but she knew he had been hurt for the past 15 years. "I will say it for once," she said looking at his black eyes. "I'm not mad at you," she never was, and never would, "I just think you're stupid." It was like he tried to read her mind while she did the same. The difference was that his expressionless face covered most of his sca

#Ngabubuwrite - Day 15: Have A Little Faith on Egg!

Hari ini Ara, Bian, dan Caka menerima masing-masing 30 butir telur dari kantor. Telur-telur ditaruh di dalam plastik karena egg box -nya hanya ada satu. Sejak menerima telur-telur itu, Ara jadi lebih cemas. Ara berjalan pulang dengan membawa plastik telur di tangannya, perhatiannya ia salurkan penuh pada telurnya. Beberapa kali Ara tersandung karena tidak melihat jalan. Setiap tersandung pula, Ara memeriksa isi telurnya, memastikan tidak ada yang pecah. Sampai di rumah, Ara baru sadar, perjalanan yang biasa ia tempuh selama 15 menit, sekarang jadi hampir 1 jam. Saat ia bergegas ke dapur untuk mengeluarkan telur-telurnya, ternyata beberapa telur pecah dari tersenggol tembok di gang sempit. Beberapa lain retak. Ara menyesal dan membuang telur yang pecah juga retak, dan beberapa yang kotor dengan putih dan kuning telur, karena terlalu menjijikkan. Bian menerima telur-telur itu dalam plastik, lalu membungkusnya dengan totebag  kain yang selalu dibawanya kalau-kalau ia tiba-tiba harus belan

#Ngabubuwrite - Day 14: Perc/Berd-aya diri

Kalau bukan diri sendiri, siapa lagi yang bisa menolong? Bahkan untuk Allah bisa menolong, kita harus punya kemauan kuat untuk membantu diri. "Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan." (Q.S. Al-Isra': 70) "...sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." (Q.S. At-Tiin: 4) Ingat, kamu adalah makhluk yang mulia, hanya rendahkan dirimu di hadapan Sang Pencipta. ***** Jtn, 7/5/2020; 17.37

#Ngabubuwrite - Day 12: Bau Sore

Bau sore di Jatinangor sama dengan bau sore di Purworejo. Entah sore punya rumus kimia yang mengahsilkan zat berbau tertentu, atau rindu punya rumus sinapsis yang menyambungkan sore di Jatinangor dengan Purworejo. Bau ini bukan bau rumah, tapi tidak menghalangi perasaan ingin berkunjung ke tempat singgah. ***** Jtn, 5/5/2020; 17.34

#Ngabubuwrite - Day 11: Pakaian Terbaik

Hari itu seingatku hari Jumat, hari wawancara untuk jadi copywriter di 5K Movement. Karena satu dan lain hal, harusnya wawancara dilakukan jam 10, jadi dilakukan jam 11 lewat seperempat. Aku yang sudah datang 15 menit lebih awal dari waktu awal, memilih menunggu di bawah kantor, aula Masjid Assakir. Karena gabut, aku memilih untuk tilawah saja. Tak lama, masuk seorang bapak yang bisa dibilang sudah tua renta dengan pakaiannya yang lusuh, aku tengok ke belakangku (teras masjid), oh bapak itu tukang reparasi payung. Aku jadi teringat payungku yang baru saja kubuang karena rusaknya sudah parah, kalau tahu ada tukang reparasi payung, tidak akan aku buang dulu. Bapak itu terlihat mengambil wudhu ke samping masjid. Aku lanjutkan tilawah beberapa lama, bapak itu shalat, mungkin shalat dhuha. Sesekali bapak itu menoleh padaku saat ia berdoa setelah shalat,  mungkin suaraku terlalu besar. Marbot mulai masuk dan menggelar karpet, meminggirkan pembatas ikhwan-akhwat , aku sudahi tila

#Ngabubuwrite - Day 10: Jemuran

Jemuran di rooftop adalah saksi bisu dinamika kehidupan Jatinangor. Di indekos dengan rooftop  untuk mejemur baju, atau sekedar mencari sinyal, bisa terlihat berbagai macam jemuran, atap Jatinangor biasanya warna-warni saat periode perkuliahan. Kalau atap Jatinangor mulai didominasi oranye genteng dan abu semen, bisa jadi kamu sedang ada di akhir tahun, atau di hari lebaran, karena jemuran diturunkan, dan manusia pulang dari perantauan. Atau mungkin, sedang ada keadaan darurat yang mengharuskan manusia untuk pulang ke kampung halaman. Seperti saat ini. Bisa terlihat satu dua rooftop  warna-warni jemuran. Mungkin punya manusia yang bertahan di perantauan, atau malah sengaja ditinggal karena ingin cepat-cepat pulang. Ada satu tempat dengan warna-warni jemuran, bukan cuma di atapnya, di jendela juga. Asrama kampus. Entah itu pertanda baik atau buruk. Bisa jadi keduanya. Baik karena anak manusia terawat dan terjamin makannya, buruk karena dipenuhi suasana rindu rumah.

#Ngabubuwrite - Day 9: Nugget

Nugget butuh proses yang panjang untuk bisa jadi nugget. Prosesnya tidak sebentar, tidak mudah, dan tidak bisa dibilang tidak menyakitkan, terutama bagi ayam. Pertama, kita pilih dulu ayam mana yang tampangnya tidak melas untuk disembelih. Lalu direbus dulu biar bulu ayamnya bisa dipisahkan dari kulit. Lalu kulitnya dikuliti (?) agar bersisa daging dan tulang. Belum cukup penderitaan mantan ayam, dagingnya dipisahkan dengan tulang lalu digiling biar mudah dibentuk. Setelah itu, bumbu-bumbu dicampurkan dengan daging giling, biar hidup (mantan ayam) jadi lebih berwarna -eh, berasa. Baru, setelah diberi warna warni, daging giling siap untuk dibentuk. Ternyata, biar hasilnya lebih bagus, adonan giling harus direbus lalu ditinggalkan biar dingin. Habis itu, dibaluri sprinkle-sprinkle  panir biar tampilannya lebih sedap. Lalu? Digoreng, penderitaan terakhir sebelum dipandangi dengan air liur mengalir dan masuk ke mulut-mulut manusia yang belum tentu baca bismillah  sebelum mengu

#Ngabubuwrite - Day 8: Batu

"Batu kalau dimasak bisa matang, enggak?" Kalau aku tidak tahu, aku sudah memakinya dari tadi karena melontarkan pertanyaan super bodoh. Tiga kali pula, dengan pemilihan kata yang berbeda. "Enggak, Na," jawab Liam dengan nada matter-of-fact  yang malas. Dia yang berbaik hati dari tadi menjawab pertanyaan orang di depanku ini. "Tuh, Liam aja ngerti, Fas," ucap Qina sambil mengangkat bahu dan kedua tangannya. "Tapi batu kali dan hati batu tidak sama, Na," Liam lagi yang berargumen. Aku mengangguk, iya. "Benar, Qin. Batu kalau dimasak tidak bisa matang. Tapi hati batu kalau dimasak mungkin bisa cair." ***** Jtn, 01/05/2020; 17.34