Langsung ke konten utama

#1 di 2020: Ombak


Ombak, kupikir, jadi salah satu elemen (kalau bisa disebut begitu) yang tidak mau berpihak padaku. Kalau dihitung-hitung, kurang lebih sudah 8 tahun ia tak mau berpihak padaku. Kadang aku berpikir, ombak dan aku, seperti dua orang yang sedang jatuh cinta, tapi malu mengakuinya. Seperti, saat aku mendekatinya, ia bergelung-gelung, tapi tidak pernah meraih ujung kakiku, paling genit hanya menyentuh ibu jari. Namun, saat aku mundur untuk bernapas, sisa buihnya bahkan separuh dirinya menyentuh tempat aku berdiri tadi.

Aku menoleh ke sampingku, melayangkan pandangan jengah pada pria tinggi yang balas menatapku sambil tersenyum miring, tangannya mengacak penutup kepalaku.

"Jangan gampang tergoda dengan ombak, Dik. Dia menarik rasa penasaran dalam dirimu, tarik ulur dengan misterius, membuat kamu ingin maju dan maju, sampai kamu tidak sadar maju terlalu jauh, dan ia melahapmu."

Aku tidak merespon kakakku, tapi membenarkan perkataannya dalam hati. Aku sudah lebih tenang sekarang, dulu saat ombak tidak sampai di kakiku, aku akan mengomel dalam hati dan berdebat dalam pikiran, sebegitu tidak dicintainya kah aku? Sampai-sampai ombak tidak mau menyentuhku. Sekarang aku bisa tersenyum sedikit, menikmati manusia yang kejar-kejaran bahagia di atasnya. Sesekali ikut berduka pada manusia yang melangkah jauh, menantang kehadirannya, dan tidak kembali. Atau kembali tapi tak jadi dirinya.

"Dik, kakak baru dapat kabar."

Aku menoleh lagi, kakakku baru saja menutup telepon genggamnya.

"Ya?"

"Jadwal interview akhir bulan ini, kemungkinan besar diterima dan kamu bisa memilih ditempatkan di negara mana."

"Alhamdulillah," aku tersenyum tipis.

"Tapi kan, Dik..."

"Ya?"

"Harinya sama seperti hari operasimu."

"Oh..."

Aku mencoret-coret pasir pantai dengan tanganku, tersenyum lagi. Hidup ini, sama seperti ombak. Di sini, gelombang datang setiap saat, semakin naik matahari maka semakin banyak dan semakin tinggi. Tapi menariknya, ombak yang sangat tinggi kadang akan sampai buihnya saja ke pantai. Ombak yang pendek malah beberapa kali menyentuh tenda-tenda pedagang yang posisinya agak ke atas. Pasti datang, tapi tidak tahu pasti dampaknya sebesar apa.

Antara kedatangan dan dampak itu, terjadi perbedaan kalkulasi manusia, sibuk menuntut, mencari, memperbaiki hitungan, tanpa tahu sebesar apa dampaknya bagi kehidupan mereka.


Purworejo, 1/1/20

19.59

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Seleksi CPNS 2021 – SKD Part 2: Hari-H

Sebelumnya: SKD Part 1 👈 Akhirnya lanjut lagi setelah setahun 😂🙏🏻 8 Oktober 2021. Dresscode peserta ujian adalah kemeja putih dan rok/celana hitam dengan kerudung hitam untuk yang memakai kerudung, sepatu pantofel tertutup berwarna gelap. Saya cuma punya rok dan kerudung saja. Sepatu pantofel dipinjamkan oleh sepupu yang anak Paskibra, kemeja baju putih dipinjamkan sepupu laki-laki. Karena Covid-19, persyaratan jadi lumayan ribet. Peserta diharuskan memakai masker 3 ply + masker kain yang waktu saya coba ya Allah gak bisa bernapas rasanya. Lalu harus juga membawa tes PCR atau Antigen. Saya tentunya memilih opsi paling murah. Karena saya dapat sesi jam 3 sore, paginya saya bisa tes Antigen dengan tenang. Saya berangkat bersama ibu saya jam 7 pagi, tes Antigen, lalu naik kereta turun di Stasiun Duren Kalibata (sekarang udah tahu stasiun kereta yang lebih dekat 🥲), naik angkot, lalu jalan santai ke gedung tempat pelaksanaan tes. Waktu kami tiba, baru jam 11an. Sepanjang jalan...

Pengalaman Seleksi CPNS 2021 – SKD Part 1

Sebelumnya: Seleksi Administrasi  👈 Sejak pengumuman lolos kelengkapan administrasi, pengumuman informasi tes pertama, Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) diunggah di akhir Agustus 2021 di website instansi masing-masing. Membaca pengumuman ini adalah part ribet-ribetnya karena banyak yang harus dicermati, seperti berkas yang harus dibawa, lokasi dan waktu tes, dan persyaratan sebelum ujian. Harus baca berkali-kali karena takut ada yang terlewat 😂 Saya mendapat jadwal ujian di tanggal 8 Oktober 2021 sesi ke II di hari Jumat. Lokasinya di salah satu gedung TNI AD di Cijantung. Waktu baca dapat sesi ke II langsung bersyukur karena artinya tidak harus jadi pejuang subuh dari rumah ke Jakarta wkwk. Persyaratan Ikut Ujian Karena sedang pandemi, prosesnya kata orang-orang yang sudah pernah ikut seleksi sebelumnya, lebih panjang dan ribet.   Saya harus vaksin pertama kalau mau lolos masuk tesnya. Saya mendaftar vaksin 3 minggu setelah negatif Covid, saat sudah sampai sana, ternyata...

Hidup dan Beriman: Refleksi dari Sebuah Pilihan

"Kalau tentang pemikiran-pemikiran bunuh diri dan destruktif bagaimana?" "Hmm... Kalau itu sebenernya saya bisa mengendalikan sendiri. Pikiran-pikiran bunuh diri itu memang selau terlintas setiap hari, tapi saya tahu saya gak akan melakukannya karena memang saya tidak berniat untuk itu, hanya sekadar pemikiran yang biasa lewat." Lalu pembahasan kami beralih ke pikiran negatifku yang lain. Yang sangat banyak. Tapi saat itu aku sadar, kalau sebenarnya aku capable untuk memilih . Ternyata aku bisa dengan sadar memilah hal-hal yang menjagaku tetap dalam koridor yang tepat, dalam kasusku, menahan diri untuk tidak mati. Jumat lalu kebetulan baca arti Al-Kahfi, di ayat 29 ada potongan, "...Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; barang siapa menghendaki (beriman) hendaklah dia beriman, dan barang siapa menghendaki (kafir) biarlah dia kafir. Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka bagi orang zalim, yang gejolaknya mengepung mereka. Jika mereka meminta...