Langsung ke konten utama

Kesalah Pahaman

Hari ini aku akan sedikit membahas tentang penyalah gunaan.

Ya, penyalah gunaan adalah virus yang sedang marak-maraknya beterbangan di Indonesia saat ini, seperti penyalah gunaan dana BOS di mana ya, lupa, yah, pokoknya banyak penyalah gunaan yang sedang nge-trend saat ini.

Tapi akankah lebih baik jika ditelusuri mulai dari hal-hal kecil. Contohnya, nah, yang ini curcol, haha... Jadi, saya tergabung ke dalam beberapa grup facebook, nah, ada beberapa yang isinya adalah grup fan page yang saya dimasukkan kedalamnya, saya sih terserah saja, ada juga yang saya sengaja masuk, tapi khusus untuk hal-hal yang bermanfaat, seperti keagamaan, politik, kata mutiara, saya masuk ke dalam grup itu supaya mendapatkan berbagai manfaat dan mengasah kepintaran mendeteksi suatu masalah.

Dan sayangnya, ketika satu pemicu yang sebenarnya sangat bermanfaat dipublikasikan, yang lain datang dengan mempublikasikan hal yang berhubungan tetapi dalam arti lain dan kepentingan sendiri.

Misal *curcol lagi, jika seorang dari member grup mengatakan, "Bagaimana kalau kita buat blog, supaya posting bisa lebih panjang dan lebih banyak manfaatnya." dan saat semua menyetujui, terjadilah tawar-menawar ilegal (?) atau yang biasa disebut PROMOSI.

Ya, biasanya hal seperti itu membuat yang lain tergerak untuk ikut promosi, nah, kalau sudah begitu, jadilah grup itu sebagai tempat promosi, fungsi sebagai tempat diskusi akan hilang tanpa sadar, apalagi yang lain juga ikutan.

Saya pun juga sering kali mengalaminya, dan jika sudang jengkel, saya akan siap sedia meng-klik pilihan 'Keluar dari grup' dan terkadang sering menyesal juga karena keluar bukanlah cara menyelesaikan masalah.

Pernah suatu saat teman bilang, "Mending grup ini dibubarkan daripada cuma untuk tempat promosi tidak penting." Lalu  bagaimana solusinya? Waktu itu aku hanya berkomentar, "Tapi masih ada manfaatnya kok. Lagipula tergantung kita sendiri menempatkannya bagaimana."

Ya, memang kita harus membiasakan diri untuk menempatkan sesuatu pada tempat yang sesuai. Dan kalau kalian baca post ini, tolong beri komentar supaya bisa ada pemecahan yang lebih baik lagi. :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dan Beriman: Refleksi dari Sebuah Pilihan

"Kalau tentang pemikiran-pemikiran bunuh diri dan destruktif bagaimana?" "Hmm... Kalau itu sebenernya saya bisa mengendalikan sendiri. Pikiran-pikiran bunuh diri itu memang selau terlintas setiap hari, tapi saya tahu saya gak akan melakukannya karena memang saya tidak berniat untuk itu, hanya sekadar pemikiran yang biasa lewat." Lalu pembahasan kami beralih ke pikiran negatifku yang lain. Yang sangat banyak. Tapi saat itu aku sadar, kalau sebenarnya aku capable untuk memilih . Ternyata aku bisa dengan sadar memilah hal-hal yang menjagaku tetap dalam koridor yang tepat, dalam kasusku, menahan diri untuk tidak mati. Jumat lalu kebetulan baca arti Al-Kahfi, di ayat 29 ada potongan, "...Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; barang siapa menghendaki (beriman) hendaklah dia beriman, dan barang siapa menghendaki (kafir) biarlah dia kafir. Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka bagi orang zalim, yang gejolaknya mengepung mereka. Jika mereka meminta...

Pengalaman Seleksi CPNS 2021 – SKD Part 2: Hari-H

Sebelumnya: SKD Part 1 👈 Akhirnya lanjut lagi setelah setahun 😂🙏🏻 8 Oktober 2021. Dresscode peserta ujian adalah kemeja putih dan rok/celana hitam dengan kerudung hitam untuk yang memakai kerudung, sepatu pantofel tertutup berwarna gelap. Saya cuma punya rok dan kerudung saja. Sepatu pantofel dipinjamkan oleh sepupu yang anak Paskibra, kemeja baju putih dipinjamkan sepupu laki-laki. Karena Covid-19, persyaratan jadi lumayan ribet. Peserta diharuskan memakai masker 3 ply + masker kain yang waktu saya coba ya Allah gak bisa bernapas rasanya. Lalu harus juga membawa tes PCR atau Antigen. Saya tentunya memilih opsi paling murah. Karena saya dapat sesi jam 3 sore, paginya saya bisa tes Antigen dengan tenang. Saya berangkat bersama ibu saya jam 7 pagi, tes Antigen, lalu naik kereta turun di Stasiun Duren Kalibata (sekarang udah tahu stasiun kereta yang lebih dekat 🥲), naik angkot, lalu jalan santai ke gedung tempat pelaksanaan tes. Waktu kami tiba, baru jam 11an. Sepanjang jalan...

Pendidikan Ideal

Aku tahu harusnya aku tidak melakukan ini, tapi aku tidak bisa menahan rasa penasaran yang menyelimuti pikiranku tentang orang itu. Beliau adalah Pak Armawan, satpam di masjid kampusku. Kata Pak Yat –satpam masjid yang satunya, namanya harusnya Darmawan, tapi terhapus huruf D-nya saat mendaftarkan kelahiran. Lagi pula, Darmawan rasanya tidak cocok dengan imej pak Armawan yang galak kalau soal parkir-memarkir di masjid kampus. Ada satu hal yang membuatku penasaran tentang beliau, yang membuatku melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan, apalagi saat hari raya: memperhatikan beliau lebih dari memperhatikan bapak dosen yang saat itu sedang berkhutbah. Pak Armawan punya kebiasaan, yaitu menangis mendengar khutbah shalat iedul adha . Padahal khutbah iedul adha menurutku tidak spesial, materinya dari tahun ke tahun itu-itu saja, diawali kisah Nabi Ibrahim yang mencari tuhan sampai ke kisahnya bersama Nabi Ismail tentang kurban. “Mohon maaf lahir batin, Ker,” aku meng...