Polisi tidur dan
halangan itu sama atau tidak?
Hari ini hidup terasa
tenang, pergi ke pinggir kota dengan angkutan umum tanpa penumpang. Sepi.
Jalannya mulus sekali sampai—
Dug.
“Aw!” teriakku sambil
mengusap kepala yang baru saja terkena pintu yang tiba-tiba terbuka.
“Makanya jalan jangan
sambil melamun,” kata manusia di depanku dengan nada yang tidak meremehkan juga
tidak merasa bersalah.
Aku hanya berdecak dan
melewati dia dan pintu itu sambil terus mengusap-usap kepalaku. Dia menggeleng-gelengkan
kepalanya melihatku berjalan melewatinya tanpa marah-marah.
Beberapa detik
berjalan, aku membalikkan tubuhku. Dia masih di tempatnya, berdiri menatapku
sekarang dengan tanda tanya.
“Polisi tidur dan
halangan itu sama atau enggak?”
Mendengar
pertanyaanku, bukannya mengerutkan dahi atau menatapku aneh, dia malah tertawa
dan menggeleng.
“Enggak. Polisi tidur
itu tanda untuk memberi jeda. Halangan ya… untuk menghalangimu dari tujuanmu.”
Aku menatapnya dengan
muka bodoh sambil mengangguk-angguk, “Oke,” kataku lalu berbalik dan kembali
berjalan ke tempat tujuanku.
“Jangan lupa kepalanya
dikompres!” teriaknya yang sudah jauh di belakang.
Aku baru bertemu
polisi tidur atau aku baru bertemu halangan? Aku masih ingin pergi, tapi
rasanya ingin kembali juga. Membingungkan.
*****
Jtn, 27/4/2020; 17.40
Komentar
Posting Komentar