Langsung ke konten utama

UTS.... Sesuatu yah :)

Hari ini.... jeng jeng jeng jeng.... jeng jeng jeng jeng.... Hasil UTS diambil, dan sama orang tua, okeh sebenernya bukan masalah diambil sama orang tuanya, nilainya, dari pagi udah stress duluan gara-gara mikirin nilai, di 8.2 pasti aku ga dapet 10 besar -________-

Dan pas diambil, "Aku ada yang failed gak, bu?" "Ga ada, urutan 2 kamu" dan disitu langsung siyokk -_- Kok bisa? Kan, kan, kan, kan perasaan banyak banget yang anjlok, dan pas aku buka nilainya, kok malah tambah stress ya, ga nyangka nilai sekecil ini dapet urutan ke-2, aih, terus tanya sama temen-temen 8.1, dan mereka total nilainya diatas 1070an aaaaahhhh -________- aku cuma 1049, kok jauh banget ya, padahal tetanggaan, itu nilai yang sangat tidak memuaskan! Serius masih stress, ah, kok bisa sih, kok jelek, kok ke-2, kok aneh??????

Ya Allah, itu nilai IPS bukan murni, karena sekelasku itu dibawah rata-rata semua, tapi di rapot aku 85 -_- Yang nilainya 85 ada 6, tapi Matematika aku 87 loh *agak bangga* soalnya ga pernah dapet setinggi itu di UTS sebelumnya ._. Nilai art and culture cuma 85 -____- Nilai IPA yang paling kecil, 83 bzzzzz, alhamdulillahnya yang paling tinggi PAI (y) 93! Agak bangga lah, sebelumnya ga pernah dapet 90 lebih ._. malu masa agama sendiri yang dianut sendiri 80 ._.

Hope di UAS PAI bisa dapet 100, amin, matematika bisa 90 ke atas, amiin... Dan yang lainnya bisa 90 ke atas, amin...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dan Beriman: Refleksi dari Sebuah Pilihan

"Kalau tentang pemikiran-pemikiran bunuh diri dan destruktif bagaimana?" "Hmm... Kalau itu sebenernya saya bisa mengendalikan sendiri. Pikiran-pikiran bunuh diri itu memang selau terlintas setiap hari, tapi saya tahu saya gak akan melakukannya karena memang saya tidak berniat untuk itu, hanya sekadar pemikiran yang biasa lewat." Lalu pembahasan kami beralih ke pikiran negatifku yang lain. Yang sangat banyak. Tapi saat itu aku sadar, kalau sebenarnya aku capable untuk memilih . Ternyata aku bisa dengan sadar memilah hal-hal yang menjagaku tetap dalam koridor yang tepat, dalam kasusku, menahan diri untuk tidak mati. Jumat lalu kebetulan baca arti Al-Kahfi, di ayat 29 ada potongan, "...Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; barang siapa menghendaki (beriman) hendaklah dia beriman, dan barang siapa menghendaki (kafir) biarlah dia kafir. Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka bagi orang zalim, yang gejolaknya mengepung mereka. Jika mereka meminta...

Pengalaman Seleksi CPNS 2021 – SKD Part 2: Hari-H

Sebelumnya: SKD Part 1 👈 Akhirnya lanjut lagi setelah setahun 😂🙏🏻 8 Oktober 2021. Dresscode peserta ujian adalah kemeja putih dan rok/celana hitam dengan kerudung hitam untuk yang memakai kerudung, sepatu pantofel tertutup berwarna gelap. Saya cuma punya rok dan kerudung saja. Sepatu pantofel dipinjamkan oleh sepupu yang anak Paskibra, kemeja baju putih dipinjamkan sepupu laki-laki. Karena Covid-19, persyaratan jadi lumayan ribet. Peserta diharuskan memakai masker 3 ply + masker kain yang waktu saya coba ya Allah gak bisa bernapas rasanya. Lalu harus juga membawa tes PCR atau Antigen. Saya tentunya memilih opsi paling murah. Karena saya dapat sesi jam 3 sore, paginya saya bisa tes Antigen dengan tenang. Saya berangkat bersama ibu saya jam 7 pagi, tes Antigen, lalu naik kereta turun di Stasiun Duren Kalibata (sekarang udah tahu stasiun kereta yang lebih dekat 🥲), naik angkot, lalu jalan santai ke gedung tempat pelaksanaan tes. Waktu kami tiba, baru jam 11an. Sepanjang jalan...

Pendidikan Ideal

Aku tahu harusnya aku tidak melakukan ini, tapi aku tidak bisa menahan rasa penasaran yang menyelimuti pikiranku tentang orang itu. Beliau adalah Pak Armawan, satpam di masjid kampusku. Kata Pak Yat –satpam masjid yang satunya, namanya harusnya Darmawan, tapi terhapus huruf D-nya saat mendaftarkan kelahiran. Lagi pula, Darmawan rasanya tidak cocok dengan imej pak Armawan yang galak kalau soal parkir-memarkir di masjid kampus. Ada satu hal yang membuatku penasaran tentang beliau, yang membuatku melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan, apalagi saat hari raya: memperhatikan beliau lebih dari memperhatikan bapak dosen yang saat itu sedang berkhutbah. Pak Armawan punya kebiasaan, yaitu menangis mendengar khutbah shalat iedul adha . Padahal khutbah iedul adha menurutku tidak spesial, materinya dari tahun ke tahun itu-itu saja, diawali kisah Nabi Ibrahim yang mencari tuhan sampai ke kisahnya bersama Nabi Ismail tentang kurban. “Mohon maaf lahir batin, Ker,” aku meng...