Langsung ke konten utama

Sekedar Curhat

Hai, Assalamu'alaikum!

Sekedar curhat ya, kemarin tetangga, bu Kartinah meninggal, umurnya.... lahir tahun '59. Hari Minggu pagi, udah semacam sakaratul maut, terus tetangga satu kampung pada dateng minta maaf, dan... aku liat sakaratul mautnya -___- Gak serem sama sekali! Tapi sedih, inget mati, maunya mati langsung khusnul khotimah, ga pake sakaratul maut ._. Tapi... bu Inah belum meninggal, jam 10an, aku sama ibu balik ke rumah, kepleset sampe, lah. Tadinya berpikir main rekorder lanjut nyari lagu Reason-nya Joong Il Young, tapi ga lucu dan ga sopan, masa tetangga lagi begitu malah main musik.

Jam 12:30, lagi nungguin Damai Indonesiaku di tvOne, tapi gak ada, ada pengumuman di masjid, "Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un... telah berpulang ke rahmatullah, blablabla" dan ibu yang ketiduran langsung bangun caw ke rumah almarhum, katanya meninggalnya habis wudhu mau sholat... aaaaaaaaaa..... iri banget sumpah, bisa meninggal begitu u,u mauuuuuu!!!!

Terus kan mau disiapin keperluan jenazah, terus aku suruh bantuin bikin rangkaian bunga warna warni sama daun pandan di rangkai di benang, untuk dipasang di sekitar apa gitu, apaan coba -_-?(?) Terus suruh motong-motong bunga-bungaan sama daun pandan buat bantal jenazah, apa coba bantal isinya bunga -_- Terus emang di Islam ada ya bantal isi bunga, terus mandiin jenazah pake bunga ._. Ah ya sudah lakukan saja :|

Eh iya, terus, lagi berngakak ria liat postingan temen @haifaghassani di blognya Cynical Gaze ♛ tentang KUKU DAN JARInya wakakakak :D Pada bilang kukunya pendek, segitu pendek????? :O Gimana aku -___- Baca postingan itu serasa curhat sendiri, wkwk...

Sudah-sudah~ Saya tau pasti kalian baca postingan ini cuma bilang ":O", "O.", "O bulet", "Curhat?", "We-o-we, wow!" Tapi tak apalah, lanjutkan saja.

Komentar

  1. turut berduka cita ya, tapi alhamdulillah beliau meninggal dalam keadaan suci saat berwudhu :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dan Beriman: Refleksi dari Sebuah Pilihan

"Kalau tentang pemikiran-pemikiran bunuh diri dan destruktif bagaimana?" "Hmm... Kalau itu sebenernya saya bisa mengendalikan sendiri. Pikiran-pikiran bunuh diri itu memang selau terlintas setiap hari, tapi saya tahu saya gak akan melakukannya karena memang saya tidak berniat untuk itu, hanya sekadar pemikiran yang biasa lewat." Lalu pembahasan kami beralih ke pikiran negatifku yang lain. Yang sangat banyak. Tapi saat itu aku sadar, kalau sebenarnya aku capable untuk memilih . Ternyata aku bisa dengan sadar memilah hal-hal yang menjagaku tetap dalam koridor yang tepat, dalam kasusku, menahan diri untuk tidak mati. Jumat lalu kebetulan baca arti Al-Kahfi, di ayat 29 ada potongan, "...Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; barang siapa menghendaki (beriman) hendaklah dia beriman, dan barang siapa menghendaki (kafir) biarlah dia kafir. Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka bagi orang zalim, yang gejolaknya mengepung mereka. Jika mereka meminta...

Pengalaman Seleksi CPNS 2021 – SKD Part 2: Hari-H

Sebelumnya: SKD Part 1 👈 Akhirnya lanjut lagi setelah setahun 😂🙏🏻 8 Oktober 2021. Dresscode peserta ujian adalah kemeja putih dan rok/celana hitam dengan kerudung hitam untuk yang memakai kerudung, sepatu pantofel tertutup berwarna gelap. Saya cuma punya rok dan kerudung saja. Sepatu pantofel dipinjamkan oleh sepupu yang anak Paskibra, kemeja baju putih dipinjamkan sepupu laki-laki. Karena Covid-19, persyaratan jadi lumayan ribet. Peserta diharuskan memakai masker 3 ply + masker kain yang waktu saya coba ya Allah gak bisa bernapas rasanya. Lalu harus juga membawa tes PCR atau Antigen. Saya tentunya memilih opsi paling murah. Karena saya dapat sesi jam 3 sore, paginya saya bisa tes Antigen dengan tenang. Saya berangkat bersama ibu saya jam 7 pagi, tes Antigen, lalu naik kereta turun di Stasiun Duren Kalibata (sekarang udah tahu stasiun kereta yang lebih dekat 🥲), naik angkot, lalu jalan santai ke gedung tempat pelaksanaan tes. Waktu kami tiba, baru jam 11an. Sepanjang jalan...

Pendidikan Ideal

Aku tahu harusnya aku tidak melakukan ini, tapi aku tidak bisa menahan rasa penasaran yang menyelimuti pikiranku tentang orang itu. Beliau adalah Pak Armawan, satpam di masjid kampusku. Kata Pak Yat –satpam masjid yang satunya, namanya harusnya Darmawan, tapi terhapus huruf D-nya saat mendaftarkan kelahiran. Lagi pula, Darmawan rasanya tidak cocok dengan imej pak Armawan yang galak kalau soal parkir-memarkir di masjid kampus. Ada satu hal yang membuatku penasaran tentang beliau, yang membuatku melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan, apalagi saat hari raya: memperhatikan beliau lebih dari memperhatikan bapak dosen yang saat itu sedang berkhutbah. Pak Armawan punya kebiasaan, yaitu menangis mendengar khutbah shalat iedul adha . Padahal khutbah iedul adha menurutku tidak spesial, materinya dari tahun ke tahun itu-itu saja, diawali kisah Nabi Ibrahim yang mencari tuhan sampai ke kisahnya bersama Nabi Ismail tentang kurban. “Mohon maaf lahir batin, Ker,” aku meng...