Langsung ke konten utama

Tugas Prabu Universitas Padjadjaran

Assalamu'alaikum, teman-teman.

Sejak sekitar satu atau dua minggu lalu saya (bukan cuma saya, sekitar 6000++ mahasiswa baru Unpad) mendapat tugas awal prosesi penerimaan mahasiswa baru (namanya PRABU kalau di Unpad) yaitu menulis esai bertema Nasionalisme. Nanti cerita masuk Unpadnya kapan-kapan saya tulis di sini kalau gak mager hehe.

Jadi, karena ada tugas lain yaitu bikin buku Prabu juga, jadi saya memutuskan mengerjakan esai dua lembar tersebut dulu. Awal melihat bahasan nasionalisme di grup Psikologi 2016 (Iya, saya mahasiswa psikologi sekarang, alhamdulillah) saya langsung terpikir isi bahasan yang dibuat. Tapi ternyata, kalimat pertama memang susah. Dan setelah berjam-jam memikirkan kalimat yang pantas, saya mendapat dua paragraf. Hehehe. Besoknya saya lanjutkan lagi, saya selesaikan sampai malam. Lama, ya? Iya. Saya tipe orang yang sering terkena writer's block. Ini juga yang jadi alasan saya jarang memposting cerita panjang di blog. Malah kalau terpikir satu dua kalimat jadinya puisi bukan cerita.

Kembali lagi, saya bingung menentukan judul yang tepat. Setelah melalui proses berpikir yang panjang (ya, saya memang lemot) akhirnya saya mendapatkan satu judul yang menurut saya pantas disandingkan dengan isi esai tersebut.

Mahasiswa Sebagai Agent of Change untuk Mewujudkan Bangsa Indonesia yang Sadar Nasionalisme

Waduh. Apa tuh? Percayalah, saya juga pusing nyebutnya pas pertama kali lihat, soalnya pas lewat di kepala langsung ketik aja.

Esainya isinya apa?

Yuk lah cek di  Esai Prabu Unpad 2016.

Di samping ini adalah gambar yang kata panitia harus original dibuat sendiri oleh kami, mahasiswa. Maafkan, saya memang kurang kreatif.
Oh iya, saya sangat senang kalau setelah membaca esai singkat saya, teman-teman mengkritik, memberi saran, atau memberi pendapat atas isi esai saya yang masih banyak kekurangan ini di kolom komentar. Terima kasih :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dan Beriman: Refleksi dari Sebuah Pilihan

"Kalau tentang pemikiran-pemikiran bunuh diri dan destruktif bagaimana?" "Hmm... Kalau itu sebenernya saya bisa mengendalikan sendiri. Pikiran-pikiran bunuh diri itu memang selau terlintas setiap hari, tapi saya tahu saya gak akan melakukannya karena memang saya tidak berniat untuk itu, hanya sekadar pemikiran yang biasa lewat." Lalu pembahasan kami beralih ke pikiran negatifku yang lain. Yang sangat banyak. Tapi saat itu aku sadar, kalau sebenarnya aku capable untuk memilih . Ternyata aku bisa dengan sadar memilah hal-hal yang menjagaku tetap dalam koridor yang tepat, dalam kasusku, menahan diri untuk tidak mati. Jumat lalu kebetulan baca arti Al-Kahfi, di ayat 29 ada potongan, "...Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; barang siapa menghendaki (beriman) hendaklah dia beriman, dan barang siapa menghendaki (kafir) biarlah dia kafir. Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka bagi orang zalim, yang gejolaknya mengepung mereka. Jika mereka meminta...

Pengalaman Seleksi CPNS 2021 – SKD Part 2: Hari-H

Sebelumnya: SKD Part 1 👈 Akhirnya lanjut lagi setelah setahun 😂🙏🏻 8 Oktober 2021. Dresscode peserta ujian adalah kemeja putih dan rok/celana hitam dengan kerudung hitam untuk yang memakai kerudung, sepatu pantofel tertutup berwarna gelap. Saya cuma punya rok dan kerudung saja. Sepatu pantofel dipinjamkan oleh sepupu yang anak Paskibra, kemeja baju putih dipinjamkan sepupu laki-laki. Karena Covid-19, persyaratan jadi lumayan ribet. Peserta diharuskan memakai masker 3 ply + masker kain yang waktu saya coba ya Allah gak bisa bernapas rasanya. Lalu harus juga membawa tes PCR atau Antigen. Saya tentunya memilih opsi paling murah. Karena saya dapat sesi jam 3 sore, paginya saya bisa tes Antigen dengan tenang. Saya berangkat bersama ibu saya jam 7 pagi, tes Antigen, lalu naik kereta turun di Stasiun Duren Kalibata (sekarang udah tahu stasiun kereta yang lebih dekat 🥲), naik angkot, lalu jalan santai ke gedung tempat pelaksanaan tes. Waktu kami tiba, baru jam 11an. Sepanjang jalan...

Pendidikan Ideal

Aku tahu harusnya aku tidak melakukan ini, tapi aku tidak bisa menahan rasa penasaran yang menyelimuti pikiranku tentang orang itu. Beliau adalah Pak Armawan, satpam di masjid kampusku. Kata Pak Yat –satpam masjid yang satunya, namanya harusnya Darmawan, tapi terhapus huruf D-nya saat mendaftarkan kelahiran. Lagi pula, Darmawan rasanya tidak cocok dengan imej pak Armawan yang galak kalau soal parkir-memarkir di masjid kampus. Ada satu hal yang membuatku penasaran tentang beliau, yang membuatku melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan, apalagi saat hari raya: memperhatikan beliau lebih dari memperhatikan bapak dosen yang saat itu sedang berkhutbah. Pak Armawan punya kebiasaan, yaitu menangis mendengar khutbah shalat iedul adha . Padahal khutbah iedul adha menurutku tidak spesial, materinya dari tahun ke tahun itu-itu saja, diawali kisah Nabi Ibrahim yang mencari tuhan sampai ke kisahnya bersama Nabi Ismail tentang kurban. “Mohon maaf lahir batin, Ker,” aku meng...